Kamar Sendiri

Bagikan

Source: https://static.photocdn.pt/

Bagi orang lain memiliki kamar sendiri mungkin seperti biasa saja. Tapi bagiku punya kamar sendiri adalah hal yang membahagiakan. 

Sedari kecil aku tumbuh dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Bapak dan ibuk membangun rumah dengan kerja keras dan keringat. Hasilnya, sebuah rumah dengan 2 kamar dan lantai yang belum diberi tegel. Dapur terpisah, seadanya, begitu juga kamar mandi. Yang jelas, ada rumah untuk tinggal, untuk berteduh, untuk istirahat. Tahun demi tahun mereka menambah renovasi pada sisi sisi rumah sesuai kebutuhan. Aku lahir pada saat keluargaku masih menempati rumah dengan 2 kamar sementara anggota keluarga kami berjumlah 5 kepala dan aku masuk didalamnya. 

Aku punya 2 kakak laki-laki yang memiliki jarak sekitar 15 tahun. Aku jadi adik kecil yang hati hati dijaga. Waktu kecil aku tidur dengan ibu di kamar depan. Kedua kakak ku entah tidur dimana. Selang beberapa waktu ada penambahan kamar. Kamar depan itu berubah jadi kamar tengah. Sementara kamar yang baru memiliki fungsi ganda sebagai jalur lewat. Hasilnya lalu lalang anggota keluarga yang lain membuat ketiadaan privasi. 

Setelah cukup besar, kakak ku yang perta ma menikah. Aku dan kedua orang tuaku harus mengalah. Sebuah ruang makan disekat dan bekas ruangan yang dulunya warung diberi dipan dan jadilah kamar tidur. 

Tempat tidur orang tuaku terletak paling depan sehingga orang sering lalu lalang. Sementara kamarku hanya berukuran 3×4 yang hanya muat 1 springbed dan jalan kamar hanya selebar 70cm. Aku tinggal dikamar dengan ukuran itu selama hampir 10 tahun. Kamar yang berada paling pinggir dan mendapat dinding yang sering kena tempias hujan sehingga lembab. 

Kamar yang tidak ideal dan kondisi yang lembab menyebabkan aku lebih nyaman berada di Malang, di kosan ku. Meskipun aku tau tinggal disana bukan pilihan tepat dalam waktu lama. Aku menahan ini semua sendirian. Baru aku tau bahwa perasaan tidak nyaman di rumah ini setelah hendak menikah. Alasanku ke Malang, bekerja di Malang, bukan semata mencari ilmu atau relasi, tapi keinginan punya kamar bagus sendiri. 

Sekarang, aku hendak menikah. Allah memberikan jalan. Ibu dan bapak berhasil membuat satu rumah lagi. Jaraknya tidak jauh dari rumah pertama. Yang aku suka. Aku dapat kamar paling depan, ada jendela langsung keluar dan melihat tanaman hijau. Ukuran kamarku luas, ada kamar mandi dalam. Tatanannya aku suka. Aku sangat sangat bangga dengan kamar baru ini. Kamar ku sendiri. Kamar yang luas. Kamar yang tidak lembab. 

Sebuah kamar, ternyata memiliki nilai sendiri pada diriku. Aku yang segala sesuatunya berpusat di kamar menjadikan hal ini penting. Bagi orang lain mungkin berbeda. Itu terserah mereka.

Artikel Lainnya

Breath – Park Hyo Shin | Romanized Lyrics

oneul haru swil sumioneul haru swil gosioneulmankeum ireohge tto hanbeon saraga chimdae mite nohadunjinan bame kkun kkumijichin mameul deopeumyeonuneul gamneunda gwaenchanha namdeulgwaneun jogeumeun dareun moyang

Read More »
Intellectual Properties
lisanurmaulidia

Postingan Intellectual Properties

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis

Read More »